Melancaran (= Bali Jalan – jalan) Kabupaten Karangasem adalah merupakan salah satu dari sembilan kabupaten di Bali, terletak di bagian Timur Bali, dengan luas daerah 839,54 kilometer persegi. Karangasem terdiri atas delapan kecamatan: Karangasem, Manggis, Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Abang, dan Kubu. Karangasem memiliki berbagai macam pemandangan lanskap yang luar biasa. Deretan pengunungan rendah dan tinggi berpadu dengan daratan, hutan tropis, sawah dengan terasering, pantai-pantai yang indah, sisa-sisa arkeologi budaya dan sejarah, desa tradisional “Bali Aga” dengan gaya hidupnya membuat Karangasem layak untuk dikunjungi. Untuk menjangkau semua tempat-tempat menarik di Karangasem sangat mudah mengingat Karangasem didukung oleh kondisi jalan yang bagus, fasilitas-fasilitas seperti: hotel, restaurant, tempat menukar uang, toko souvenir, dan lain-lain seperti yang Anda harapkan di dalam suatu lingkungan wisatawan. Adapun Tempat Wisata yang di bisa dikunjungi di Kabupaten Karangasem Bali adalah sebagai berikut : Obyek Wisata Putung Putung terletak di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat. Jaraknya sekitar 64 km dari Kota Denpasar, ±19 km dari Kota Amlapura – ibukota kabupaten – dan mudah dicapai dengan angkutan umum. Dikembangkan sebagai obyek wisata alam karena letaknya di daerah pegunungan yang dikelilingi oleh perkebunan salak. Daya tarik utama obyek wisata Putung adalah keindahan alam yang merupakan perpaduan antara panorama perbukitan, lembah, laut, hutan, dan perkebunan salak dengan hawa sejuk menyegarkan. Dari tempat ketinggian dapat dilihat petak-petak sawah milik penduduk di Desa Adat Buitan – Kecamatan Manggis dan Labuhan Amuk dengan lautnya yang membentang luas membiru dengan perahu-perahu ( jukung ) nelayan yang sedang berlayar, kapal pesiar ( cruise ) yang kebetulan datang bersandar, dan dikejauhan Pulau Nusa Penida milik Kabupaten Klungkung nampak jelas terlihat. Obyek wisata Putung berdekatan lokasinya dengan obyek agrowisata salak Sibetan di Kecamatan Bebandem. Putung menjadi terkenal dengan keindahan panorama alamnya berkat lukisan Mr. Christiano, seorang pelukis asal Italia yang tinggal beberapa lama di Putung dan memperistri seorang wanita Karangasem dari Desa Manggis Bukit Jambul Nama Bukit Jambul pertama kali diberikan pada saat invasi Belanda ke Indonesia oleh seorang wisatawan yang melihat sebuah bukit tinggi berdiri di sebelah selatan jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Klungkung dan Besakih. Di puncak bukit terdapat sebuah pura yang disebut Pura Pucak Sari yang dikelilingi oleh pepohonan besar. Sementara, di bawah kompleks pura terdapat panorama persawahan yang memukai. Ini membuat pepohonan terlihat seperti jambul. Bukit Jambul terletak di desa tradisional Pesaban, Desa Nongan, Kecamatan Rendang. Bukit Jambul terletak 8 km dari Kabupaten Klungkung, 51 km dari Denpasar atau 15 km dari Pura Besakih. Di objek wisata ini banyak terdapat warung dan restoran. Tempat parkir yang luas juga tersedia. Bukit Jambul dikenal sebagai tujuan wisata yang mengagumkan karena kombinasi harmonis antara perbukitan, persawahan, lembah, dan panorama laut yang indah. Dari ketinggian bukit kita bisa menyaksikan keindahan alam di bawahnya Padangbai Padangbai dikembangkan sebagai obyek wisata alam dan budaya barada dalam satu kawasan pengembangan pariwisata Candidasa, terletak di Desa Padangbai, Kecamatan Manggis – Karangasem. Jaraknya sekitar 25 km dari Kota Amlapura, 13 km dari obyek wisata Candidasa, dan sekitar 31 km dari Kota Denpasar. Di tempat ini terdapat pelabuhan yang menjadi akses transportasi laut ke Pulau Lombok – NTB. Nama Padangbai mendapat pengaruh dari Bahasa Belanda sebagai akibat dari adanya masa penjajahan yang sebelumnya bernama Teluk Padang. Lokasi ini merupakan sebuah teluk berpasir putih yang letaknya terlindung dari batu karang hitam yang kokoh. Karena lokasinya, maka kehidupan alam bawah lautnya terpelihara dengan baik. Daya tarik yang dimiliki obyek wisata Padangbai di antaranya adalah pantai berpasir putih bersih dan tebal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat berjemur sinar matahari ( sun bathing) atau berenang di laut. Keindahan panorama alam bawah lautnya sangat baik untuk diving dan snorekling karena menyimpan berbagai jenis terumbu karang dan ikan-ikan hias yang sangat indah. Di tempat ini juga terdapat blue lagoon yang eksotis dan selalu menjadi incaran para wisatawan penyelam ( divers ). Sebagai obyek wisata budaya, di Padangbai terdapat kompleks Pura Dang Kahyangan (pura milik umat Hindu secara keseluruhan). Di sebelah timur pantai Padangbai terdapat Pura Silayukti, yang didirikan oleh Empu Kuturan sekitar abad XI dalam perjalanan sucinya ke Bali. Empu Kuturan adalah seorang pendeta yang sangat besar jasanya dalam mengatur tata keagamaan Hindu di Bali, dimana ajarannya tetap ditaati dan dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali sampai sekarang. Di sebelah selatan Pura Silayukti terdapat Pura Tanjung Sari yang dibangun oleh Empu Bharadah, adik bungsu dari Empu Kuturan. Dan di sebelah barat pelabuhan Padangbai terdapat Pura Penataran Agung yang didirikan pada abad XVI oleh Dang Hyang Dwijendra yang terkenal pula dengan sebutan Pedanda Sakti Wawu Rawuh, keturunan dari Empu Kuturan. Taman Soekasada Ujung Taman Soekasada Ujung merupakan situs kerajaan, terletak dekat pantai di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem yang dikembangkan sebagai salah satu kawasan pariwisata Kabupaten Karangasem. Jaraknya ±5 km dari Kota Amlapura – ibu kota kabupaten – ke arah selatan, ±15 km dari kawasan pariwisata Candidasa, dan kira-kira 60 km jaraknya dari Kota Denpasar. Taman Soekasada Ujung dibangun pada tahun 1919 pada masa pemerintahan Raja I Gusti Bagus Jelantik ( 1909 – 1945 ) yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921. Taman ini dipergunakan sebagai tempat peristirahatan raja selain Taman Tirtagangga, dan juga diperuntukkan sebagai tempat menjamu tamu-tamu penting seperti raja-raja atau kepala pemerintahan asing yang berkunjung ke kerajaan Karangasem. Dalam areal Taman Soekasada Ujung terdapat beberapa bangunan juga kolam besar dan luas. Ada 3 ( tiga ) buah pintu masuk atau gerbang menuju areal taman. Gerbang utama berada pada ketinggian di sisi barat sebagai entrance yang disebut “Bale Kapal” karena dulunya bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal. Selanjutnya dari entrance bale ini pengunjung menuju areal taman dengan menuruni ratusan buah anak tangga. Dari tempat inilah keseluruhan areal taman dapat dinikmati. Taman Soekasada Ujung dikembangkan seagai obyek wisata budaya karena kemegahan dan kekhasan bangunan yang merupakan perpaduan antara arsitektur Bali dan Eropa. Kondisinya yang rusak berat akibat letusan Gunung Agung – gunung terbesar di Bali – pada tahun 1963 semakin diperparah lagi dengan terjadinya gempa hebat di tahun 1976 yang meninggalkan puing-puing bangunan, namun tidak meninggalkan kesan megahnya. Untuk mengembalikan kemegahan Taman Soekasada Ujung, maka pada tahun 2001-2003 Pemerintah Kabupaten Karangasem memanfaatkan dana bantuan Bank Dunia membangun kembali Taman Soekasada Ujung dengan tujuan untuk mengembalikan keberadaannya kepada bentuk semula demi melestarikan warisan budaya yang menjadi kebanggaan Karangasem. Dalam areal Taman Soekasada Ujung terdapat beberapa bangunan juga kolam besar dan luas. Ada 3 ( tiga ) buah pintu masuk atau gerbang menuju areal taman. Gerbang utama berada pada ketinggian di sisi barat sebagai entrance yang disebut “Bale Kapal” karena dulunya bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal. Selanjutnya dari entrance bale ini pengunjung menuju areal taman dengan menuruni ratusan buah anak tangga. Dari tempat inilah keseluruhan areal taman dapat dinikmati. Sesuai predikatnya sebagai Taman Air Kerajaan atau The Water Palace, maka Taman Soekasada Ujung memiliki 3 ( tiga ) buah kolam besar dan luas. Di tengah kolam I di sisi paling utara terdapat bangunan utama yang disebut “Bale Gili” yang dihubungkan oleh jembatan menuju arah selatan. Di tengah-tengah kolam ini terdapat patung-patung dan pot-pot bunga. Di sebelah barat kolam I, di tempat yang agak tinggi terdapat bangunan berbentuk bundar, yang disebut “Bale Bunder”“Bale Lunjuk”. Ada sekitar 107 anak tangga menuju bangunan ini dari arah timur. Di tengah kolam II di sisi selatan kolam I terdapat bangunan yang disebut “Bale Kambang”. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai tempat jamuan makan untuk para tamu kerajaan. Di sebelah timur kolam II terdapat kolam III yang disebut Kolam Dirah dan merupakan kolam pertama yang dibuat oleh Raja Karangasem. Di areal sebelah utara taman, di tempat yang tinggi terdapat patung “warak” ( badak ) dan juga patung “banteng” yang dari mulut kedua patung tersebut air memancur keluar menuju kolam. Dan sekitar 250m di sebelah utara taman ini tedapat sebuah pura bernama “Pura Manikan” yang juga dibangun oleh Raja Karangasem. yang difungsikan sebagai tempat untuk menikmati keindahan taman dan panorama alam di sekitarnya. Di sebelah barat laut Bale Bunder, pada areal terasering yang tinggi terdapat bangunan persegi empat panjang yang disebut Taman Tirtagangga Taman Tirtagangga merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Ababi, Kecamatan Abang. Jaraknya sekitar 5 km ke arah utara dari Kota Amlapura – ibukota kabupaten – dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Sebelum dibangun, taman ini merupakan areal mata air besar dan masyarakat menyebutnya dengan embukan, artinya mata air. Mata air ini difungsikan oleh pnduduk dari desa-desa sekitarnya sebagai tempat mencari air minum dan tempat pesiraman atau penyucian Ida Betara ( para dewa ), oleh karena itu mata air itu disakralkan oleh penduduk setempat. Dari mata air inilah kemudian Raja Karangasem mendapat ide untuk membangun sebuah taman terlebih karena alamnya didukung oleh udara yang sejuk, yang kemudian diberi nama Taman Tirtagangga. Sama halnya dengan Tama Soekasada Ujung, maka Tama Tirtagangga memiliki keterikatan kuat dengan Puri Agung Karangasem. Dalam areal Tama Tirtagangga terdapat beberapa kolam besar yang difungsikan sebagai kolam ikan dan tempat permandian. Air yang mengalir melalui pancuran-pancuran besar dan kecil yang keluar dari mulut patung-patung di kolam ini berasal dari sumber mata air sehingga terasa sejuk dan menyegarkan. Di tempat ini terdapat menara air mancur dan patung teratai bertingkat yang membagi dua buah kolam besar. Pada masa kini Taman Tirtagangga berfungsi secara religius, sosial, dan juga sebagai hiburan. Secara religius, mata air di tempat tersebut dimanfaatkan sebagai air suci bagi masyarakat sekitarnya di samping sebagai tempat untuk upacara Dewa Yadnya dan Metirtayatra. Secara sosial, sumber mata air Tirtagangga dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai sumber air bersih bagi masyarakat Karangasem. Dan sebagai hiburan, Taman Tirtagangga dikelola dan dikembangkan sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata yang banyak diminati serta dikunjungi sebagai tempat rekreasi. Puri Agung Karangasem Puri Agung Karangasem ini dibangun sekitar abad ke-19 oleh Anak Agung Gede Jelantik, raja pertama Kerajaan Karangasem. Tujuan wisata ini menarik untuk dikunjungi karena arsiteturnya yang unik, yang merupakan perpaduan antara arsitektur Bali, Cina, dan Eropa. Puri Karangasem terletak di Amlapura, sekitar 78 km dari Denpasar atau kira-kira 1, 5 jam perjalanan. Seperti yang disebutkan di atas, arsitektur Puri Agung Karangasem adalah kombinasi antara tiga gaya. Arsitektur Bali dapat ditemukan pada pahatan patung-patung Hindu dan relief pada dinding puri. Pengaruh Eropa terlihat pada gaya gedung utama dengan beranda yang besar, sementara arsitektur Cina tampak pada gaya jendela, pintu, dan ornamen yang lain. Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah, dan maskerdam. Bencingah merupakan bagian depan dari Puri, dimana kesenian tradisional sering dipentaskan. Jaba Tengah yang menjadi kebun puri dengan kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut “Balai Gili” atau gedung mengambang, disini kita bisa menemukan dua pohon lychee tua. Bagian ketiga adalah Maskerdam, yang diberikan setelah nama kotaAmsterdam, sebuah kotak di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal Raja Karangasem memulai hubungan dengan Pemerintah Belanda. Yeh Malet Yeh Malet merupakan salah satu obyek dan daya tarik wisata yang dikembangkan sebagai wisata bahari. Terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem, sekitar 50km dari Kota Denpasar. Pemandangan laut yang dapat dinikmati dari pinggir jalan memberikan nuansa biru panorama alam sekitar. Pantai yang berpasir hitam ini juga menjadi tempat favorit untuk menyalurkan hobi memancing. Banyak dijumpai pula jukung atau perahu nelayan yang pergi melaut, karena sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pencari ikan. Daya tarik lain yang dimiliki obyek wisata ini adalah aktifitas penduduk dalam pembuatan garam tradisional. Meskipun jumlahnya sudah agak berkurang, namun sampai saat ini kegiatan ini masih dijumpai. Debur ombak yang menyentuh bibir pantai berpasir hitam dengan airnya yang jernih juga menjadi pilihan bagi wisatawan lokal yang mendatangi tempat ini. Dengan jalur pantai yang panjang, tempat ini juga menarik sebagai lintasan olah raga jogging. Yeh Malet dilengkapi dengan fasilitas stop over yang letaknya di pinggir jalan utama dengan tempat parkir yang sangat memadai. Namun kondisinya yang kurang terawat menyebabkan fasilitas ini banyak ditumbuhi rumput serta tanaman liar lainnya. Sungguh pun demikian, tempat ini tetap diminati untuk disinggahi terutama oleh wisatawan lokal pada akhir pekan dan hari-hari libur. Pantai Tulamben Pantai yang sangat cantik ini letaknya sekitar 125 kilometer di timur laut Denpasar. Dari Kuta, pantai yang termasuk wilayah kabupaten Karangasem ini bisa dijangkau dalam waktu sekitar tiga jam. Tidak seperti Kuta, di pantai yang terletak di sisi timur pulau Bali itu anda tidak bisa berjemur atau bermain bola di atas pasir. Soalnya, pantainya tidak berpasir tapi berbatu.
Keistimewaan pantai Tulamben memang bukan pantainya tapi pemandangan bawah lautnya. Di perairan pantai ini selain beraneka jenis terumbu karang dan ikan hias warna-warni yang jinak, juga terdapat bangkai kapal Liberty milik angkatan perang Amerika Serikat yang tenggelam terkena torpedo Jepang pada perang tahun 1942. Kapal tersebut kini menjadi rumpon (tempat berkumpul) beberapa jenis kehidupan di dasar laut Tulamben. Di dasar laut, posisi bangkai kapal sepanjang 50 meter itu terbujur dengan kemiringan 45 derajat, tampak seperti sebuah benda antik yang sengaja dipajang untuk para pecinta diving. Lokasinya nggak terlalu dalam, kok. Hanya sekitar sepuluh meter di bawah permukaan air.
Selain “pajangan” bersejarah itu, anda juga menikmati terumbu karang yang sangat indah di tebing dasar laut yang memiliki kemiringan nyaris 90 derajat. Untuk mencapai daerah tersebut, anda harus muncul ke permukaan terlebih dahulu, lalu dengan perahu bermotor anda akan diantarkan menuju tebing curam di bawah laut yang dinamai drop of point itu.
Di pantai Tulamben, anda dapat menikmati pemandangan indah gunung Agung yang menjulang dengan anggun. Penggemar trekking dan hiking dapat memulai pendaki dari kawasan ini. Di sepanjang perjalanan menuju gunung Agung itu kamu akan dapat menikmati pemandangan kawasan timur Bali dan onggokan pulau Lombok di seberang selat.
Akomodasi dan Fasilitas Lain Di Pantai Tulamben, sudah terdapat banyak hotel dan resort, dari yang dengan tarif sewa murah sampai yang mahal. Kamar penginapan yang ber AC harganya sekitar Rp250 ribu - Rp300 ribu per malam. Yang hanya menggunkan kipas, Rp 70 ribu per malam.
Restoran-restoran juga banyak terdapat di pantai ini. Hampir semuanya menghadap ke laut, seolah sengaja menyuguhkan pemandangan alam yang indah dan romantis. Dengan hidangan menu hasil laut, rata-rata harga makanan di restoran-restoran tersebut terbilang cukup murah.
Diving Kawasan Tulamben memiliki tujuh dive site yang tersebar di sepanjang pantainya. Tempat menyelam tersebut berjarak sekitar 50 – 200 meter dari garis pantai. Ombak yang relatif kecil memungkinkan untuk melakukan penyelaman dengan entry dari pantai di beberapa dive spot-nya.
Untuk menyelam, anda tak harus membawa peralatan diving sendiri. Anda bisa menyewanya di sini dengan tarif sewa yang lumayan murah. Hanya dengan Rp 250 ribu per jam Anda sudah dapat menyewa peralatan selam yang lengkap (swimsuit, sepatu selam, pemberat, tabung oksigen, masker, mouth piece dan regulator) serta sewa boat. Jika ingin berpose di bawah air, anda dapat menyewa kamera bawah air seharga Rp 150 ribu per jam.
Akses Jalan menuju pantai Tulamben sangat bagus dan mulus. Untuk menuju ke sana, anda dapat menggunakan kendaraan angkutan wisata, sepeda motor atau membawa mobil sendiri.
Kalau anda menumpang angkutan umum, anda harus berganti angkutan beberapa kali. Dari kuta naik mini bus sampai di terminal Tegal, kemudian berganti angkutan hingga di Batubulan. Dari Batubulan naik bus atau minibus ke Karangasem. Dari Karangasem, anda berganti kendaraan lagi. Kali ini dengan angkutan pedesaan menuju Tulamben. Karena penumpang angkutan umum sangat jarang di Bali, ada kemungkinan anda akan ditawari untuk mencarter kendaraan. Pandai-pandailah menawar. Jika beruntung, anda justru mendapat harga yang sangat ekonomis.
Bali bagian Timur memiliki apapun yang anda impikan. Disana Anda akan menemukan permata dan surga istimewa dalam keindahan alam yang eksotik yang berpadu dengan budaya yang masih kental terasa serta keramahan orang-orang sekitar. Disini pula lah terdapat Pantai Amed, pantai yang akan memberikan anda kedamaian dan ketenangan. Nikmati pula kelezatan makanan yang ada serta keuntungan yang didapat dari akomodasi yang terjangkau. Pantai Amed menawarkan tempat yang bagus untuk latihan diving atau menyelam. Disana ada danau di pinggir pantai yang datar yang baik untuk latihan, serta batu karang yang dapat dicapai dengan berenang selama 5 menit. Tempat ini merupakan usulan terbaik untuk mengenal olahraga menyelam dan menjadikannya sebagai tempat yang sangat menyenangkan untuk belajar menyelam. Anda dapat melakukan snorkling dan diving di sekitar pantai yang berpasir hitam ini. Jenis- jenis ikan yang sangat bervariasi dapat dikatakan paling menarik dibandingkan tempat-tempat lain di seluruh Bali yang disertai dengan kehangatan air yang tidak berubah-ubah yaitu 28 derajat. Berbagai macam kelompok ikan seperti ikan cardinal, ikan trigger, black snaper, pyramid butterrflies, ikan banner, dan ikan damselfish dapat dilihat di air atas pasir.
Cemuluk sebagai pantai yang dilindungi adalah tempat yang ideal untuk memulai snorkeling Anda. Sekitar empat kilometer menyelusuri selatan danau Banyuning, Anda akan menemukan kepingan-kepingan kecil dan taman coral yang paling indah yang dapat Anda lihat dimanapun di di Lesser Sundas. Tapi harap berhati-hati, karena airnya cukup dalam di daerah ini, dan kadang terjadi gelombang besar sehingga tempat ini diperuntukan untuk orang orang yang berpengalaman. Cara Mencapai Daerah Ini
Hanya 30 menit dari Amlapura. Dengan Angkutan Umum, : Dari Denpasar , Terminal Batubulan, dengan bus (ukuran sedang) ke Amlapura, memakan waktu 2 jam. Lalu dilanjutkan dengan menggunakan Bemo menuju Amed selama 30 menit. Bemonya akan berhenti di desa, tapi supirnya akan membawa anda ke pantai Cemeluk. Tempat Menginap Di desa bagian selatan banyak tempat untuk menginap, mulai dari hotel yang tidak berbintang, sampai hotel berbintang. Berkeliling Dengan berjalan kaki Tempat Bersantap Disana Anda dapat menemukan warung makan yang menjual makanan kecil dan nasi campur. Restoran terbaik di tempat ini adalah Baliku, kira-kira 1 kilometer kearah selatan dari Blue Moon. Dan di Lipah menyediakan makanan Indonesia yang lezat. Buah Tangan Semua Produk yang berkaitan dengan laut dan pantai. Misalkan barang barang yang terbuat dari kerang, coral, dan lain lain. Yang Dapat Anda Lihat Atau Lakukan Anda bisa mengunjungi pasar ikan di pagi hari ketika ikan tuna datang. Selain itu Anda juga bisa menikmati pemandangan indah di sekeliling desa Amed. Tips - Staff hotel kebanyakan telah mengatur paket memancing dan berlayar. Jadi anda dapat menangkap untuk makan malam anda sendiri. Hotel-hotel juga menyediakan peralatan snorkling untuk di sewa.
- Jika anda ingin melakukan diving, ada baiknya untuk mengecek ulang peralatannya dan cek harga di tempat itu. Pastikan anda memilih operator pelatihan yang tepat sebelum anda memutuskan diving bersama mereka.
Candidasa adalah menjadi daerah tujuan utama dari para wisatawan yang datang ke Karangasem, terletak di wilayah Bugbug, Kecamatan Karangasem. Candidasa terkenal sebagai replika pantai Kuta karena sama - sama memiliki pasir putih. Sangat cocok untuk olah raga air seperti berenang, menyelam dan snorkling. Cerita mengenai salah satu objek wisata ini adalah sebagai berikut. Candidasa merupakan salah satu kawasan pariwisata yang dikembangkan mulai tahun 1983. Pada mulanya nama Candidasa merupakan nama sebuah pura, yaitu Pura Candidasa, yang terltak di atas bukit kecil dan dibangun pada abad ke-12 M. Memiliki potensi alam dan pantai yang mempesona dengan pasir putihnya. Pantai berpasir putih tersebut sebenarnya bernama Teluk Kehen, namun dalam perkembangannya seiring ditetapkannya pantai tersebut menjadi obyek dan daya tarik wisata, maka pantai Teluk Kehen berubah nama menjadi kawasan pariwisata Candidasa sesuai dengan nama pura yang ada di wilayah itu. Candidasa terletak di Dusun Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, berjarak 12 km dari Kota Amlapura dan sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Pesona alam yang dikembangkan sebagai obyek wisata bahari ini dapat menjadi pilihan untuk melakukan berbagai aktifitas, seperti sun bathing, canoing, snorekling, fishing, trekking melalui perbukitan, dan yang tak kalah menariknya adalah keberadaan pulau-pulau kecil yang dapat dijangkau jaraknya dengan perahu nelayan (jukung).Pulau-pulau kecil tersebut menyimpan potensi panorama bawah laut berupa terumbu karang dan ikan hias. Salah satu cerita yang menjadi mitos tentang keberadaan Pura Candidasa yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat setempat adalah Arca Dewi Hariti yang terletak pada sebuah relung di bagian bawah tebing bukit. Konon dikisahkan bahwa Dewi Hariti pada mulanya adalah seorang yaksa dalam Agama Budha yang gemar memakan daging anak-anak. Namun setelah mendapat pencerahan ajaran Agama Budha, Sang Dewi kemudian bertobat dan berbalik menjadi pelindung dan penyayang anak-anak. Arca Dewi Hariti selanjutnya dipahatkan bersama 10 orang anak-anak yang mengerubutinya, sebagai ciri pelindung, penyayang, dan juga sebagai perlambang kesuburan dan kemakmuran. Masyarakat setempat meyakini bahwa Dewi Hariti berarti ibu beranak banyak yang dapat memberikan anugerah kesuburan dan kemakmuran. Oleh karenanya maka tempat ini banyak didatangi dan dimanfaatkan oleh pasangan suami – isteri yang belum dikaruniai keturunan untuk memohon do’a dengan membawa sesajen yang dipersembahkan kepada Dewi Hariti. Tenganan Tenganan adalah sebuah desa yang terbilang tetap tegar bertahan dalam arus perubahan zaman yang pesat dari teknologi informasi. Letaknya agak terpencil 17 kilometer di di barat Kabupaten Karangasem, sekitar 65 kilometer dari Kota Denpasar.
Selama ini dalam menjalankan tata kehidupan bermasyarakat mereka berpegang teguh pada peraturan adat desa yang sudah ditulis sejak abad 11 kemudian diperbarui tahun 1842 karena yang asli terbakar. Dengan kekukuhan tersebut, hingga saat ini Tenganan berhasil bertahan dari gerusan arus deras perubahan.
Ketika Kuta sudah penuh gemerlap dengan kehadiran hotel dan arus pelancong yang melimpah, Tenganan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang bersahaja dan deretan rumah adat yang satu sama lain persis sama. Bahkan keturunan pun mereka pertahankan keasliannya dengan melakukan perkawinan sesama warga desa.
Memasuki kawasan yang mulai tersentuh pariwisata sejak tahun 1960 ini, kamu harus melalui gerbang sempit yang cukup lewat satu orang. Sebelum masuk, seperti pelancong yang lainnya, kamu harus menyumbang sukarela kepada petugas di bangunan kayu semi permanen. Kamu pun harus mengisi buku tamu. Tidak ada tiket masuk ke desa yang sekaligus menjadi obyek wisata itu.
Kain Gringsing Tenganan identik dengan kain geringsing. Begitu kaki melangkah ke art shop di dekat pintu masuk, langsung ada tawaran kain geringsing seharga Rp 800 ribu hingga Rp 2 juta. Mahal memang. Soalnya, dibanding kain-kain pabrikan yang dijumpai di toko-toko tekstil, setiap lembar kain geringsing adalah lembar yang eksklusif, bukan kodian. Harga setinggi itu karena kain geringsing hanya diproduksi di Tenganan dengan pengerjaan yang memakan waktu cukup lama. Sebab warna yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga memerlukan perlakuan-perlakuan khusus.
Kekhasan kerajinan tangan lainnya yaitu anyaman Ata bahan dasar yang didapat dari Pulau Flores. Kerajinan ini mulai dikenal di Tenganan setelah ada tameng (perisai) yang rusak dalam acara geret pandan sebuah tarian pemuda desa tenganan.
Anda mau mencoba menikmati keindahan alam Bali dengan bersepeda motor atau nyetir sendiri, Sewa Sepeda Motor di Bali, Sewa Mobil di Bali, Perlu Tours Guide di Bali ? Hubungi : I Made Artawan Jl. Kediri Gang Ksatria I Kelapa Kuning No. 5 Kuta - Bali Phone : 0361 868 9190 Fax : 0361 766 084 Mobile : 081 7971 2979 Email : artawan@gmail.com http://www.melancaran.co.cc
|
Karangasem regency is a district located in the province of Bali, Indonesia the Capital is in the Amlapura.